URGENSI PUASA BAGI IMUNITAS


Dr.dr. Hj. Siti Nur Asiyah, M.Ag
Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya
Ketum PW Badan Kontak Majlis Taklim Jawa Timur

Imunitas adalah sistem pertahanan tubuh yang disiapkan oleh Allah SWT untuk menghadang segala macam penyakit. Ibarat sebuah negara, sistem imun (sistem kekebalan tubuh) adalah prajurit yang siap tempur ketika tubuh berada dalam keadaan bahaya atau berhadapan dengan musuh yang akan membuat seseorang menjadi sakit. Sistem imun ini ada yang bersifat non spesifik dan telah ada  sejak lahir, sebagai bentuk pertahanan tubuh terhadap segala keadaan yang membahayakan. Misalnya, asam lambung sebagai pertahanan tubuh terhadap bakteri yang mungkin masuk bersama dengan makanan.

Selain itu, ada pula sistem pertahanan tubuh yang bersifat spesifik terhadap kuman tertentu atau benda asing yang mengganggu keseimbangan tubuh. Ketika tubuh berhadapan dengan kuman atau benda asing tersebut, maka sistem imun spesifik ini akan bangkit untuk memberikan perlawanan.

Imunitas ini dipengaruhi oleh banyak hal, misalnya faktor usia, hormonal, status gizi, riwayat penyakit dan stres psikologis. Upaya mempertahankan dan meningkatkan imunitas dapat dilakukan dengan mengatur pola makan, memilih makananan yang bergizi, olah raga teratur, cukup istirahat, tidak stres dan menghindari penyalahgunaan obat atau bahan yang dapat merusak kesehatan.

Dalam hal pengaturan pola makan, perlu memperhatikan konsumsi makanan secara bijak. Pada hakekatnya, sebagian besar makanan yang dikonsumsi oleh manusia akan digunakan sebagai sumber energi yang dibutuhkan untuk aktivitas kesehariannya. Sebagian bahan makanan yang lain akan digunakan sebagai zat pembangun dan penyokong bagi kebutuhan metabolisme tubuh. Bila bahan makanan yang dikonsumsi, baik yang berupa sumber energi maupun zat pembangun dan penyokong metabolisme, sesuai dengan kebutuhan tubuh, maka tubuh relatif tidak akan mengalami masalah kesehatan. Akan tetapi, bila bahan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi, maka masalah kesehatan akan muncul, misalnya malnutrisi (under nutrition).

Demikian pula sebaliknya, bila bahan makanan yang dikonsumsi melebihi kebutuhan tubuh, maka tubuh akan terbebani untuk menyimpan sumber-sumber energi yang tidak terpakai. Akibatnya, muncullah berbagai macam risiko kesehatan, misalnya kelebihan zat gula yang dapat termanifestasi dalam penyakit kencing manis (diabetes mellitus), kelebihan kolesterol yang dapat mengakibatkan terjadinya sumbatan dalam pembuluh darah dan gangguan kesehatan yang cukup menakutkan, yaitu stroke, dan lain sebagainya.

Puasa dan Imunitas
Puasa dalam bulan suci Ramadan sebagai kewajiban bagi semua umat Muslim yang telah mencapai akil balig, bila dikaji secara seksama sebenarnya memiliki sekian banyak hikmah yang bisa dijelaskan dalam berbagai macam perspektif. Dalam perspektif ilmu kesehatan, puasa dalam bulan suci Ramadan merupakan training center bagi umat Islam untuk dapat menjaga keseimbangan pola makan serta keseimbangan antara kebutuhan tubuh dengan makanan yang dikonsumsi.

Itulah sebabnya Rasulullah, Muhammad SAW. menganjurkan untuk mengakhirkan sahur dan mempercepat berbuka, ketika sudah tiba saatnya, sebagai sebuah kesunnahan bagi orang yang menjalankan ibadah puasa. Mengapa demikian?. Karena dengan mengakhirkan sahur dan mempercepat berbuka, maka berarti memberikan kesempatan kepada tubuh untuk mengoptimalkan penggunaan sumber energi yang didapat dari makan sahur dan mengoptimalkan sumber energi cadangan yang telah disimpan oleh tubuh, sehingga tubuh tidak akan jatuh pada suatu keadaan yang disebut sebagai hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).

Demikian pula dengan kesunnahan yang dianjurkan oleh Rasul untuk berbuka dengan yang manis atau air. Dalam pandangan ilmu kesehatan, dapat dijelaskan bahwa saat-saat menjelang berbuka adalah saat dimana tubuh sudah mulai mengalami penurunan ketersediaan sumber energi, sehingga perlu segera direspons dengan bahan makanan yang banyak mengandung zat gula. Pada saat itu pula, tubuh sudah mulai mengalami penurunan kadar air akibat puasa seharian penuh, maka dengan segera minum pada saat berbuka berarti mengantisipasi terjadinya gejala dehidrasi.

Bila kebiasaan baik dalam bulan Ramadan ini bisa dilanjutkan di luar Ramadan, dengan mengatur pola makan dan keseimbangan makanan, maka risiko terjadinya gangguan kesehatan akan dapat dihindari. Itu artinya, puasa memberikan kontribusi dalam menjaga kesehatan tubuh, khususnya dalam menjaga imunitas. Namun sebaliknya, bila puasa hanya dilakukan sebagai rutinitas yang dianggap mengekang dan berbuntut pada upaya balas dendam, maka puasa tidak akan memberikan kontribusi terhadap kesehatan tubuh.

Dengan demikian, seberapa besar hikmah puasa itu dapat dirasakan, tergantung sejauh mana keseriusan seseorang dalam menjalankan ibadah puasa, sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Rasulullah SAW.  Sebagaimana dinyatakan pula di dalam hadits ”Barang siapa banyak makan, maka banyak penderitaan. Rasulullah-pun dalam kehidupannya memberikan contoh untuk tidak berlebihan dalam mengkonsumsi makanan.

Rasul tidak akan makan sebelum lapar dan segera berhenti makan sebelum terasa kenyang. Artinya bahwa memang perlu adanya keseimbangan dalam meng-konsumsi makanan. Dalam Al-Quran juga ditegaskan “Makan dan minumlah dan janganlah kamu berlebih-lebihan” (Q.S. Al A’raf;7;31). Makna dari ayat tersebut adalah bahwa Allah SWT. memerintahkan kepada umat manusia untuk makan dan minum sesuai kebutuhan, tidak terlalu mengekang dan tidak hanyut oleh nafsu yang tak terkendali.

Dengan menjaga keseimbangan tersebut, maka imunitas pun juga akan terjaga dengan baik. Imunitas yang baik tentu saja dapat menghindarkan diri kita dari berbagai macam gangguan kesehatan. Karenanya, maka puasa akan menjadi bermakna bagi imunitas kita, bila dilakukan dengan sepenuh hati untuk menjaga keseimbangan pola makan seiring kesehatan akan diperoleh dan tetap mengharap ampunan dzat maha Penyayang, Allah SWT.    


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.