MOTORKU DAN JASA BAPAK SUKARMA (Catatan In Memoriam)

Wasid Mansyur *


Kabar cukup mengagetkan penulis, walau sebelumnya ada kabar sakit, yakni info di WAG "Info Intern Fahum" pukul 08. 49 yang mengabarkan meninggalnya bapak Drs Sukarma Fahmi Abduh, M.Ag, salah satu dosen senior di Fakuktas Adab dan Humaniora jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. Tapi, begitulah kematian kalau sudah saatnya tiba, ia tidak bisa ditarik mundur atau dimajukan sedetikpun (idza jaa ajaluhum la yastakhiruna sa-atan wala yastaqdimun).

Kabar ini juga menjadi duka kehilangan dan sedih sebab kehilangan dosen senior yang sudah lama mengajar di FAHUM. Disamping itu, kabar sedih ini langsung mengingatkan kepada penulis pada perjalanan hidup yang sempat berinteraksi dengan penuh keakraban dengan Bapak Sukarma kira-kira 16 tahun yang lalu, mengingat sebelumnya kurang akrab sebab penulis menjadi mahasiswa di jurusan Bahasa dan Sastra Arab berbeda dengannya yang mengajar di SPI. Interaksi yang sangat membekas ini, tepatnya ketika ia pernah menjabat sebagai Wakil koordinator Kopertais Wilayah 4 di era kepemimpinan Rektor, Prof Dr. H. Ridwan Nasir, MA. 

Sulit dilupakan interaksi ini sebab dipupuk dengan penuh kebaikan kaitan dengan kesempatan yang diberikan Bapak Sukarma untuk join penelitian yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian IAIN Sunan Ampel Surabaya, UINSA sekarang. Join penelitian ini menarik bukan hanya tema yang diangkat kaitan dengan Nasionalisme Ir Soekarno, tapi juga proses penyadaran tentang pentingnya kepenulisan dan dunia pendidikan dalam konteks kampus, sekaligus prosesnya yang membutuhkan energi dan pikiran.

Menariknya lagi, penelitian ini yang kemudian mengantarkan penulis memiliki Sepeda Motor Supra 125 sebab hasil finansial dari penelitian ini dibuat DP untuk membelinya. Tanpa, jasa Bapak Sukarma betapa sulitnya memiliki sepeda motor baru, apalagi pemasukan finansial penulis belum cukup untuk kebutuhan itu. Sayangnya, motor yang sudah terus menua dimakan usia itu dan sering sakit-sakitan, akhirnya harus berpisah dengan pemiliknya sebab sudah dibeli oleh petani Ponorogo dengan plat nomer terakhir L...HC, yang mulanya berplat L ... MU.

Oleh karenanya, meninggalnya Bapak Sukarma, mengingatkan tentang motor Supra 125ku yang terus menjadi saksi dalam setiap langkah-langkah perjalanan hidup. Sepeda motor ini yang kemudian menjadi pengawal setiap perjalanan demi perjalanan hingga menjadi saat ini, dari soal ekonomi, penguatan dunia akademik, ceramah keluar masuk masjid hingga persoalan Nyarkub atau ziarah kubur ke berbagai makam-makam ulama di Surabaya, Sidoarjo dan Madura.

Bapak Sukarma telah berjasa menjadi pemantik agar penulis juga harus sadar bahwa memberikan pancing itu lebih baik dari pada memberikan ikan secara langsung tanpa ikut terlibat proses. Dengan memberikan kesempakatan untuk join penelitian ini, tidak lain agar penulis juga mengalami proses dan tahu seluk beluk serta bagaimana dunia penelitian kampus itu bergeliat dalam setiap tahunnya. 

Akhirnya, selamat jalan Bapak Sukarma. Jasamu sulit dilupakan. Dan semoga kebaikan ini juga memberikan secerca harapan Bapak selalu mendapat rahmat dari Allah SWT. Sekali lagi, selamat jalan bapak. Semoga sedoyo dimudahkan. Allahumma ighfirlahu...AMin.

* Dosen SPI-FAHUM UIN Sunan Ampel Surabaya

** gambar motor ketika Nyarkub/ziarah ke Makam Mbah Kiai Mursyidin, salah satu ulama/penyebar Islam di Semolowaru Sukolilo Surabaya




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.