SPIRITUALISME JIHAD SANTRI
Perang Revolusi 1945 telah
menyisakan banyak cerita yang berkembang dalam beberapa dekade. Pasalnya, perang
ini menjadi penting sebab menjadi pemantik luar biasa bagi perlawanan santri di
berbagai daerah di Indonesia, selain kota Surabaya, dalam rangka mempertahankan
kemerdekaan setelah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Keterlibatan santri dalam
perang 1945 memang dalam waktu yang tidak lama belum tertuliskan dengan baik. Tak
salah, banyak asumsi yang berkembang keterlibatannya disangsikan, untuk tidak
mengatakan santri hanya diam pada era revolusi 1945. Padahal, Fatwa Jihad
tanggal 17 September 1945 dan Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945 adalah
bukti sejarah yang tidak bisa dibantahkan.
Melalui Fatwa Jihad dan Resolusi
Jihad heroik perlawanan santri tidak bisa dibendung. Sebab keduanya menjadi semacam
pemantik spiritual kaitan dengan perang melawan penjajah untuk mempertahankan
kemerdekaan sebagai jihad fi sabilillah. Kharisma Hadlratus Syekh Kiai Hasyim
Asy’ari menyatukan energi kalangan santri dari berbagai daerah sepanjang jarak
dibolehkan qashar sholat.
Buku yang berjudul “Historiografi
Gerakan Santri: Pergolakan Melawan Penjajah Tahun 1945”, menurut penulis, menjadi
penguat argumentasi kaitan dengan Spiritualisme Jihad Santri. Dalam buku ini
ditegaskan bahwa keterlibatan santri dalam perang revolusi 1945, khususnya di
Surabaya, tidak lepas dari adanya Fatwa Jihad dan Resolusi Jihad. Dari dua putusan
ini, santri memandang bahwa mempertahankan kemerdekaan bukan saja panggilan
rasa nasionalisme, tapi juga panggilan agama, yakni sebagai perang Sabilillah. (lih,
25-48)
Dari sini, melalui buku ini,
kita bisa tahu perbedaan antara santri dan non-santri, ketika bersama-sama ikut
bertempur dalam perang revolusi 1945. Artinya, terpanggilnya santri terlibat
dalam pertempuran di Surabaya tahun 1945, bukan hanya adanya kesamaan psikologis
bahwa dijajah menjadikan rakyat dalam kondisi tertekan dengan teror, ancaman
pembunuhan dan tidak bebas melakukan apapun di negerinya sendiri.
Oleh karenanya, pada momentum
Hari Santri Nasional 2023 ini, buku ini layak dibaca dalam menambah literasi
kita kaitan dengan sejarah peran santri dalam berkontribusi bagi agama dan
bangsa. Tanpa membaca buku-buku sejarah, maka sangat dikhawatirkan kita tidak
memiliki pijakan yang kuat dalam memahami agama kaitannya dengan kebangsaan. Bahkan
tanpa kesadaran sejarah, betapa sulitnya membumikan tema “Jihad santri jayakan
negeri.”
Leave a Comment