GUS ADDIN DAN ARAH BARU GERAKAN GP ANSOR

Wasid Mansyur*

Sudah diprediksi banyak kalangan bahwa Gus Addin dengan nama lengkap Addin Jauharudin akan terpilih sebagai Ketua Umum GP Ansor menggantikan Gus Yaqut Cholil Qaumas. Pasalnya, hal ini tidak bisa lepas dari penjajakan sebelumnya melalui forum Pra-Kongres yang terbagi menjadi tiga zona, masing-masing zona terdiri dari beberapa wilayah. Yakni, Zona I digelar di Batam pada Sabtu 13 Januari 2024. Zona II di Surabaya pada Senin 15 Januari 2024. Serta Zona III di Makassar pada Selasa 16 Januari 2024.

Terpilihnya Gus Addin memastikan estafet kepemimpinan GP Ansor akan terus berjalan dengan baik, apalagi ia sudah melalang-buana dalam dunia aktivis dan pernah menjabat Ketua Umum PB PMII periode 2011-2013. Pastinya, dengan harapan baru dari semua kader GP Ansor bahwa kepemimpinan baru ini akan melestarikan warisan kebaikan yang telah ditolehkan oleh kepemimpinan sebelumnya, yakni era Gus Yaqut. 

........

Sebagai kader GP Ansor dan ikut hadir pada Kongres XVI, walau sebagai Romli bersama sahabat Fattahul Anjab, Zulkarnain, Raden Adipuro Utomo (Ndan Tomo), Ndan Ihsan, Ndan Yuda, Iwan, Ainul Yaqin dan Nur Junaidi Malang, penulis memandang perlunya dua hal dalam kepemimpinan ke depan. Pertama, merawat kebersamaan. Kebersamaan yang dimaksud adalah kebersamaan di internal organisasi, bukan hanya kepemimpinan pusat, tapi hingga kepemimpinan ditingkat Cabang dan seterusnya. Pasalnya, sebesar apapun organisasi, jika tidak ada kebersamaan, dapat dipastikan kekuatan GP Ansor tidak utuh, untuk tidak mengatakan terpecah-pecah.

Untuk itu, prinsip satu komando itu penting, tapi menurut penulis tanpa kebersamaan sangat dimungkinkan satu komando itu tidak akan menggigit dalam mengawal setiap isu-isu yang digerakkan oleh organisasi pemuda terbesar di seluruh dunia ini. Itu artinya, hindari konflik organisasi yang tidak perlu dengan berpegang pada mekanisme organisasi, bukan sekedar pendekatan politik atas dasar like and dislike. Apalagi, pilihan ketua umum kali ini adalah kesepakatan bulat, dan tidak ada kontestan lain yang ikut mencalonkan sehingga tidak ada riak-riak konflik pasca Kongres XVI. 

Kedua, komitmen pada karakter gerakan. Maksudnya, kepemimpinan Gus Addin atau Bang Addin, biasanya dikenal  harus menjaga karakter GP Ansor sebagai warisan para ulama, yang ikut mendirikan sehingga memberikan keberkahan dan tetap eksis berkontribusi bagi kemaslahatan bangsa dan agama. Spiritualisme gerakan ini yang kemudian memastikan ketaatan kepada ulama (baca: NU) adalah segala-segalanya bagi GP Ansor. Apapun yang diputuskan oleh NU kaitan dengan isu-isu keagamaan dan kebangsaan, maka GP Ansor harus berada digarda terdepan untuk mengawal dengan baik sebagai panggilan ketaatan pada Kiai.

Dengan begitu, maka upaya tabayyun menjadi kunci, jika kemudian terjadi perbedaan pandangan dalam soal isu kekinian. Hindari bergerak sendiri-sendiri, tanpa mempertimbangkan restu dari NU sebab kalau terjadi konflik berkepanjangan, maka dapat dipastikan pihak lain akan mudah mengambil keuntungan di tengah keruwetan antar sesama kader NU. Dengan begitu, potongan kalimat "Ansor maju satu barisan, seribu rintangan patah semua" dalam mars GP Ansor akan memberikan makna yang berarti dalam konteks merespon isu-isu kekinian. 

Akhirnya, selamat kepada sahabat Addin Jauharuddin menakodai kepemimpinan GP Ansor dengan arah barunya ke depan. Tidak ada kata: semoga diberi kekuatan dan kesehatan untuk terus membawa GP Ansor menjadi organisasi pemuda yang yang terus menjaga konsistensi pada ideologi Aswaja dan NKRI. Sebagai pamungkas, "Tidak kata lelah dalam berorganisasi", mengutip dawuh KH. Yahya Cholil Staquf dalam pembukaan Kongres XVI di pelabuan Priok Jakarta. Salam Pergerakan, Bravo Romli Kongres XVI.

...........

*Wakil Ketua Bidang Pemikiran dan Ideologi PW GP Ansor Jatim 

*ditulis di atas mobil arah kembali ke Jawa Timur.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.