RABU KRAMAT: Menunggu Cinta “Sejati” Sang Pemimpin


Wasid Mansyur
Dosen FAH UIN Sunan Ampel Surabaya, Aktivis PW GP Ansor Jawa Timur

Pada hari rabu, tanggal 9 Desember 2020, penulis menyebut sebagai hari kramat sebab berkaitan dengan momentum yang sangat penting dan strategis bagi kehidupan berbangsa dan negara. Di hari ini, semua anak bangsa ---yang memenuhi syarat-- di beberapa daerah setingkat propinsi hingga kabupaten-kota akan menentukan pemimpin mereka lima tahun ke depan. Tahapan demi tahapan kaitan dengan ini telah dilakukan, walaupun semua sudah berusaha memperhatikan agar tidak melanggar protokol Kesehatan di tengah pandemi covid 19.

Secara Prosedural KPU dan PANWAS telah melakukan apa yang sebenarnya harus dilakukan, yakni soal sosialisasi, penyiapan hingga pelaksanaan Pilkada, yang semuanya dalam pantauan pengawas. Tapi, dalam konteks proses demokrasi, Pilkada bukan soal prosedur yang menghabiskan biaya cukup besar, dan keberhasilannya juga bisa diukur sejauh mana partisipasi publik hadir pada hari pencoblosan.  

Prosedur penting dan harus kita kawal bersama-sama. Tapi, tidak kalah pentingnya bagaimana Pilkada kali ini mampu mewujudkan pemimpin yang memiliki “cinta sejati” atau pemimpin yang merakyat. Sengaja tulisan ini menggunakan kata “cinta sejati” sebab hubungan pemimpin dengan rakyat dapat dipastikan tidak akan memberikan manfaat bila bila tidak didasari dengan semangat peduli dan berbagi atas nama Cinta. Pasalnya, prinsip cinta diyakini ---dimanapun adanya—akan memberikan maslahah bagi ala mini, lebih-lebih cinta hakiki kepada dzat Hakiki, gusti Allah Swt.

 

Cinta Pemimpin

Kita menyaksikan setiap agenda kampanye Pilkada, para calon semua berusaha agar dicintai oleh calon pemilih. Berbagai cara dilakukan, dan tidak sedikit biaya yang dikeluarkan agar hatinya terpikat sehingga tidak memilih pasangan lain. Tidak ada harapan kecuali makin banyak yang terpikat, dan akhirnya menentukan pilihan untuk kemudian meraih kemenangan.

Namun, pertanyaannya, apakah dengan ini sudah cukup?. Jawabannya pasti tidak. Pasalnya, hakekat pemimpin kaum adalah pelayan (sayyid al-qawm khadimuhum) sehingga yang terpilih harus berpijak pada prinsip memberikan pelayanan terbaik bagi rakyat, bukan malah menyakiti. Jika komitmen ini yang dilakukan, dapat dipastikan kekuasaan betul-betul lahir dari kecintaan sejati. Jika tidak, maka  kecintaan pemimpin hanya dusta, sekedar pemanis belaka di awal agar dicintai, sementara pemimpin terpilih tak mau mencintai dengan tulus sehingga setelah terpilih dicampakkan.


Potongan lagu “Hati yang Luka” Ciptaan Obbie Messakh, yang sempat  masyhur diera 1987 dinyanyikan oleh Betharia Sonata, layak menjadi renungan – sekaligus pijakan-- siapapun yang terpilih pada hari Rabu Kramat momentum Pilkada ini:

………………………..


Dulu segenggam emas kau pinang aku wow..wow
Dulu Bersumpah janji di depan saksi wow..wow
Namun semua hilanglah sudah ditelan dusta wow..wow
Namun semua tinggallah cerita hati yang luka

Biar, biarkanlah ada dusta malam ini
Mungkin esok kan kau jelang bahagia bersama yang lain
Kalaulah memang kita berpisah itu buka suratan
Mungkin lebih baik agar kau puas membagi cinta
Pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku

Dulu segenggam emas kau pinang aku wow..wow
Dulu Bersumpah janji di depan saksi wow..wow
Namun semua hilanglah sudah ditelan dusta wow..wow
Namun semua tinggallah cerita hati yang luka

(Lirik lengkapnya lihat: http://liriklagumemori.blogspot.com/2011/07/hati-yang-terluka.html)

………………………….

Maksudnya, bila dikaitkan dengan konteks Pilkada, waktu kampanye semua Kontestan menawarkan program-program yang terbaik dan dengan berbagai strategi terjitu agar dicintai, dan lebih penting agar dipilih pada momentum Rabu Kramat. Tapi, jangan kemudian setelah Pilkada usai dan betul-betul terpilih, lantas mencampakkan rasa cinta rakyatnya yang sudah terbangun lebih dulu. Sungguh menyakitkan hati, bila cinta ternodai, apalagi bertepuk sebelah tangan. Ingat, kekuasaan bukan tujuan, tapi media untuk menebarkan kemaslahatan. 

Sekali lagi, Rabu Kramat, tanggal 09 Desember 2020 adalah momentum penting. Semoga mereka yang terpilih pada Pilkada ini benar-benar tidak mempraktikkan kekuasaan yang culas, korup, dan menyengsarakan rakyat. Ciptakan sejarah terbaik dalam membangun negeri agar ditiru dan menjadi contoh generasi berikutnya. Balut kecintaan dengan tulus agar negeri ini terus makmur, dan agar tidak ada lagi putus sekolah, orang miskin tak bisa ke rumah sakit, dan lain-lain yang berkaitan dengan hajat orang banyak, khususnya rakyat di arus bawah. Semoga Pilkada lancar dan berkah dengan tetap memperhatikan anjuran protokol kesehatan, yakni mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Amin……   






 

 

 


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.