PMII NGANJUK DAN ASAL NGANJUK GELAR SARASEHAN PERGERAKAN ONLINE

Sahabat-sahabati PMII Nganjuk dan PMII asal Nganjuk yang memiliki minat dan kesadaran tinggi tentang merawat akal sehat mengadakan acara bertajuk Sarasehan Pergerakan Online melalui IG @SARIFAH1960. Acara tersebut dalam rangka harlah PMII ke-60 dengan tema “Aktualisasi NDP PMII di Masa Pandemik COVID-19, dengan menghadirkan narasumber dari Akademisi, Aktivis Perempuan, dan Bawaslu yang merupakan alumni PMII. Kegiatan tersebut diadakan di kediaman Sahabat Busyro Jl. Mastrip Nganjuk, tanggal 17 April 2020 pukul 19.00 s/d 21.00 WIB.

Kegiatan Sarasehan Pergerakan Online ini penting sebagai cara untuk membangkitkan semangat berpikir dan berdiskusi mahasiswa, khususnya aktivis PMII di musim pandemi”, ujar Sarifah  selaku panitia sekaligus kader PMII Rayon Jalaluddin Rumi Kom. IAIN Tulungagung asal Nganjuk. Acara ini di moderator  oleh Sahabat Fauzi Aktivis PMII Kom. Sunan Ampel Cabang Surabaya asal Kabupaten Nganjuk.

Tentang NDP PMII, pembicara Arifah Milati, M.H.I. yang berlatarbelakang seorang Dosen IAIN Tulungagung dan alumni PMII Kom. Sunan Ampel (UIN Maliki) Malang yang berdomisili di Kabupaten Nganjuk menjelaskan bahwa dalam implementasi NDP di masa COVID-19 ini, maka kader PMII harus tetap pada keyakinan teologis jalan tengah sesuai manhaj al-Fikr dalam PMII, yakni Ahl Sunnah wa al-Jama’ah, khususnya teologi Asy’ariyah dan Maturidiyah.

Oleh karena itu, berkaitan dengan COVID-19 atau Corona, sederhananya kader-kader PMII tidak boleh terlalu takut, tetapi juga tidak boleh terlalu berani (baca; menyepelekan). Dalam konteks sosial dan amaliah keagamaan maka harus mengedepan Maqasid al-Syari’ah, bahwa menjaga jiwa (hifdh al-Nafs) adalah bagian penting dari implementasi kewajiban beragama. 

Hadir juga pembicara, ,Budi Harianto,S.Hum,M.Fil .I, dosen dan penulis buku “Filsafat dan Politik Islam” dari IAIN Tulungagung, sekaligus dan Mantan Ketua Umum PMII Adab Kom. Sunan Ampel Cab. Surabaya . Menurutnya, bahwa NDP PMII tidak sekedar diteorikan, tetapi harus terpatri di dalam hati dan diimpelemntasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Selain itu, dalam menghadapi COVID-19 kader PMII harus memperkuat tiga tumpuhan hidup PMII, yakni Dzikir, Fikir, dan Amal Sholih. Kader PMII selaku Aktivis Muda NU yang bergerak dalam bidang intelektual dan gerakan, maka juga harus memperkuat ranah fikirnya. Misalnya harus melakukan riset bagaimana respon umat Islam dalam menjalani kegiatan keagamaan di masa COVID-19, tegas pria yang merupakan pengurus IKA-PMII Nganjuk, dan Ketua Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Tulungagung.

Pembicara lainnya adalah Dewi Fatimah, Aktvis Perempuan dan juga alumni PMII Kom. Sunan Ampel (UIN Maliki) Cabang Malang asal Kabupaten Nganjuk. Fatimah lebih menjelaskan bagaimana menghadapi COVID-19 secara medis, sesuai latar belakang keilmuannya yang berbasis eksak. Ia mengatakan kader PMII harus menjaga dirinya terlebih dahulu sebelum ke berpikir orang lain. Hal ini diingatkan karena kader PMII sebagian kecil masih ada yang menyepelekan tentang kebersihan.

Perbincangan dilanjutkan oleh Abdul Aziz selaku Bawaslu Nganjuk dan juga alumni PMII UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Aziz menjelaskan pentingnya Harlah atau menghauli PMII dalam rangka agar kader-kader PMII membaca kembali sejarah PMII dimulai dari sejarah peradaban awal mula manusia. Selain itu, kader PMII harus mengaktualkan NDP dimulai dari secara sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Berkaitan dengan COVID-19, kader PMII diingatkan agar selalu mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah, ungkap pengurus IKA-PMII Nganjuk tersebut.

Acara tersebut ditutup dengan do’a oleh pembicara”, Budi Harianto, yang juga menjadbat sekretaris Lembaga Dakwah MWC NU Kec. Bagor dan Penasehat PAC ISNU Kec. Bagor Kab. Nganjuk. (hb)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.