PMII DAN PELUANG BERKEMBANG DI ERA DIGITAL

 

Prof. Dr. Nur Syam, MSi
(Guru Besar Sosiologi UIN Sunan Ampel Surabaya)

 

Sesungguhnya PMII sebagai organisasi kader sudah memberikan kontribusi yang sangat nyata tentang kiprah para aktivis dewasa ini. Kontribusi tersebut dapat dilihat dalam skala regional, nasional bahkan internasional. Ada di antara kader PMII yang aktif di birokrasi, baik level regional maupun nasional, ada yang menjadi akademisi pada lembaga pendidikan tinggi, baik di institusi pendidikan keagamaan maupun umum. Ada yang aktif pada lembaga politik, misalnya partai politik, Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan bahkan menjadi anggota parlemen baik di tingkat daerah (DPRD) maupun nasional (DPR). Ada pula yang bergerak di lembaga non pemerintah, lembaga sosial keagamaan, dan kiai juga dalam berbagai levelnya.

Keterlibatan kader-kader PMII tersebut memberikan indikasi betapa luasnya ruang publik yang bisa dijadikan sebagai tempat pengabdian dan bekerja oleh para aktivis PMII. Hal ini menjadi penanda bahwa PMII bisa memasuki berbagai area kehidupan masyarakat. Bisa juga dinyatakan bahwa PMII sebenarnya sudah menjadi organisasi kader yang secara kualitatif berhasil memasuki ruang-ruang publik yang tersedia. Di dalam konteks ini, maka PMII rasanya “berhasil”. Artinya, bahwa PMII bisa menjadi institusi pergerakan yang berhasil mengantarkan para kadernya untuk terlibat secara aktif di dalam program pengembangan kapasitas diri dan juga pengembangan kapasitas masyarakat.    

Mereka yang berhasil memasuki ruang public ini adalah mereka yang belajar berorganisasi di PMII pada tahun 1980-an atau 1990-an. Mereka yang berkecimpung di lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah atau lembaga sosial keagamaan adalah buah secara langsung dari keterlibatan mereka pada masa lalu, dan kemudian seirama dengan keterlibatan mereka dalam kehidupan masyarakat dan perkembangan zaman. Tetapi yang patut dipertanyakan adalah bagaimana dengan masa depan kader-kader PMII pada era digital ini atau generasi milenial. Apakah mereka akan eksis dengan new life style atau akan tercecer dan ketinggalan kereta?.

Tantangan PMII yang paling mendesak secara umum dapat digambarkan dalam tiga hal, Yaitu: tantangan pengembangan SDM dengan  berbagai jejaring luas. Bagaimanapun PMII merupakan organisasi kader, sehingga kadernya akan dinilai “berhasil” jika kader tersebut dapat memasuki kehidupan masyarakat yang realistis. Di dalam konteks ini, maka keberhasilan PMII adalah seberapa banyak dan bagaimana kualitas aktivis PMII. 

Untuk memberikan gambaran pengembangan kualitas SDM, maka pertama, yang diperlukan adalah gerakan kolaborasi.  PMII harus memiliki kemampuan untuk menjaring kerja sama dengan berbagai institusi agar supaya  didapatkan kapasitas aktivis PMII yang relevan dengan kebutuhan zaman. Misalnya kerja sama dalam pelatihan berbasis kewirausahaan, kepemimpinan, TI, riset dan pengabdian masyarakat, dan sebagainya yang dilakukan melalui kerja sama dengan lembaga-lembaga professional.

Kedua, tantangan pengaderan. Pada era sekarang  harus terdapat keberanian agar melakukan perubahan yang sangat mendasar  tentang sistem pengaderan. Jika selama ini system pengaderan itu dilakukan secara face to face relationship, maka di masa depan seirama dengan era digital yang semakin menguat berkaitan dengan generasi milenial, tentu diperlukan suatu system baru dalam pengaderan terhadap aktivis PMII.

Pada era digital  juga diperlukan keterlibatan aktivis PMII untuk melawan terhadap upaya-upaya yang mendegradasi atas  otoritas keagamaan di Indonesia. Ada upaya sekelompok kaum Islam yang melakukan down grade terhadap berbagai pemahaman dan pengamalan beragama di Indonesia. Aktivis PMII harus melakukan upaya memperkuat barisan untuk mempertahankan dan mengembangan pemahaman dan pengamalan agama berbasis Islam ahlu Sunnah wal Jamaah yang berkaitan dengan Islam rahmatan lil alamin.

Ketiga, menjadikan PMII sebagai rumah bersama. Aktivis PMII memiliki basis pengabdian di dalam berbagai segmen masyarakat. Di bidang politik yang paling kentara, ada yang di PKB, PPP, Gerindra, Golkar, PDIP dan bahkan juga PKS. Karena para aktivis ini memiliki latar belakang sebagai aktivis PMII, maka rasanya menjadi penting untuk tetap berada di dalam satu visi untuk saling menyapa dalam mengembangkan Islam rahmatan lil ‘alamin, Islam wasathiyah, Islam yang ramah dan Islam yang memberdayakan. 

Dengan demikian, sebagai rumah besar, maka PMII memiliki pintu yang banyak dan siapapun bisa masuk dari pintu manapun. Akan  tetapi semuanya bisa bertegur sapa dan saling memperkuat di dalam rumah besar tersebut. Rumah PMII, diperlukan berbagai kolaborasi untuk membesarkan PMII. Para aktivis yang memiliki latar profesi yang bervariasi, maka akan dapat saling bekerja sama untuk memperkuat kapasitas para aktivis dan juga kapasitas kelembagaan. Jika di dalam PMII terdapat kolaborasi antara akademisi, birokrasi, dunia usaha, politisi dan kaum agamawan, maka dapat diperkirakan bahwa PMII akan bisa menjadi wadah pendadaran yang hebat untuk calon pimpinan bangsa. Wallahu a’lam bi al shawab.


 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.