PUASA, KITA BAHAGIA

Oleh: Samsuriyanto 
(Dosen Islamic Studies of International Undergraduate Program pada ITS Surabaya, Dewan Pembimbing pada Pusat Ma’had al-Jami’ah UIN Sunan Ampel Surabaya)

Allah SWT. telah memberikan kenikmatan banyak kepada kita, di antaranya dengan keberkahan berpuasa di Bulan Ramadhan. Rasulullah SAW adalah teladan kita dalam berpuasa dan beribadah di bulan istimewa itu. Puasa, secara hakikat, adalah menahan. Menahan dari makan, minum, hawa nafsu dan hal-hal yang membatalkannya dari terbit fajar hingga terbenam sang surya. Menahan memiliki hubungan erat dengan bersabar. Sebab bersabar adalah menahan perasaan untuk menerima semua keadaan. Orang yang bersabar sejatinya kuat dan bermental energi dalam menahan diri.

Puasa Ramadhan mengajarkan manusia untuk bersabar. Sebab kita ditempa untuk meninggalkan yang makruh, apalagi yang haram. Sesuatu yang awalnya halal, menjadi haram saat berpuasa. Daging ayam panggang dengan kecap mengkilap yang awalnya halal, menjadi haram ketika kita berpuasa di siang hari. Kita diajarkan bersabar untuk menyantapnya, hingga adzan Maghrib berkumandang.

Di atas sabar, masih ada sifat rela. Rela dengan setiap ketetapan Allah SWT, yang Maha Mengatur alam semesta. Rela dalam hal ini, bukan berarti kita tidak melakukan usaha sama sekali. Rela dilakukan setelah melaksanakan serangkaian doa, usaha dan pasrah. Apalah makna rela tanpa ketiga unsur tersebut?

Di tengah pandemi virus corona ini, sebaiknya kita menyikapi dengan penuh kehati-hatian, harus menjadi pribadi seimbang. Paham Qadariyah, menegaskan bahwa manusia menjadi penentu terhadap kesuksesan dan keselamatan dirinya, sehingga usaha adalah cara terbaik mewujudkannya. Paham ini bertentangan dengan Paham Jabariyah, yang menyatakan bahwa manusia tidak perlu berusaha, hanya pasrah kepada Allah SWT.

kedua paham ini amat bertentangan dengan Paham Ahlus Sunnah wal Jamaah (ASWAJA) yang mengajarkan bahwa Allah SWT menjadi penentu terhadap segala hal, serta manusia harus berusaha. Paham ini dianut oleh mayoritas umat Islam di seluruh penjuru dunia. Benar, manusia harus berusaha, tapi ingat bahwa Dia Maha Kuasa atas segala hal.

Jangan mengikuti Paham Qadariyah, sehingga terlalu takut dengan virus corona yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya. Terlalu takut karena terlalu mengandalkan diri yang sombong dengan prestasi. Sebaliknya, jangan menjadi pengikut Paham Jabariyah, sehingga seolah terlalu santai dan meremehkan dengan virus tersebut, dengan alasan pasrah kepada Allah SWT. Jadilah penegak ASWAJA sejati dengan tenang, tidak terlalu takut dan tidak terlalu meremehkan. Berdoa kepada Allah SWT, serta berusaha untuk mengikuti nasehat pemerintah, dengan menjaga jarak fisik, mencuci tangan dengan sabun, dan anjuran hebat lainnya.

Setelah berdoa dan berusaha agar selamat dari virus corona, maka kita pasrah kepada Allah SWT. Setelah pasrah, hati tenang. Apapun yang terjadi setelah pasrah, kita rela atas ketetapan-Nya. Sehingga, di atas rela, ada sifat bahagia. Tidak hanya sabar dan rela, tapi bahagia atas semua keputusan-Nya. Tidak ada ketetapan-Nya, yang tidak terbaik. Kita harus yakin, bahwa Dia pasti memberikan yang terbaik kepada kita. In Sya Allah. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.