SEJARAH DAN MAKNA PERINGATAN MAULID NABI
(Wawancara
Khusus dengan KH. Dr. Imam Ghazali Said,MA*)
Crew kanzun.net : Sebenarnya sejak kapan kiai, peringatan Maulid Nabi itu dilakukan
dan menjadi tradisi umat Islam?
Kiai Ghazali Said : Untuk menegetahui kapan pertama kali
dilakukan, maka perlu melihat orang memperingati Maulid Nabi didasarkan pada
aliran pemikiran atau aliran keagamaan. Kalau orang Ahl al-Sunnah menyatakan
orang yang pertama kali memperingati Maulid Nabi dinisbatkan kepada Sholahuddin
al-Ayyubi atau Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kukburi, yang hidup diperkirakan abad 6 atau
7 H/ 11 atau 12 M. Tapi sebetulnya kalau kita tidak fanatik
keagamaan sholahuddin al-Ayyubi adalah representasi ahl a-sunnah/sunni. Yang
riil sebenarnya –pertama memperingati Maulid Nabi- adalah al-Muiz lidinillah keturunan Ubaiddillah;
salah satu khalifah dari Dinasti Fatimiyyah di Mesir pada tahun 262 (abad ke 9
M), yang lebih dekat berafilisasi dengan Syi’ah. Motivasi peringatan Maulid
Nabi adalah untuk membuat semangat agar orang Islam bisa meneladani Nabi
Muhammad Saw, kemudian bisa bersholawat kepada beliau. Dan ketika itu orang supaya
senang. Tapi pengaruh Kristen juga kuat dalam tradisi Maulid Nabi, karena Kristen
juga punya tradisi natal, yang dalam bahasa Arab bisa disebut maulid. Maka sebetulnya
motivasi keduanya ini juga ada pengaruh Kristen untuk memperingati Maulid Nabi;
setidak –jika tidak berlebihan- untuk menandingi kebiasaan orang-orang Kristen
Crew kanzun.net : bagaimana pendapat Kiai kaitan
pandangan kelompok lain yang merasa benar (truth claim) sehingga
cenderung menuduh bid’ah peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw?
Kiai Ghazali Said : Berdasarkan pemikiran tadi, maka kita agak sulit untuk menyatakan
bahwa itu sunnah karena pada masa Rasul memang tidak ada atau tidak pernah ada
peringatan Maulid Nabi. Adanya sekitar 300 tahun atau 400 tahun atau bahkan 500 seterusnya setelah Nabi Muhammad wafat.
Kemudian apakah peringatan Maulid Nabi itu sunah atau bid’ah?. Untuk menjawab ini kita perlu melihat apakah peringatan Maulid Nabi itu budaya atau ibadah mahdhah. Kalau kita menyebut peringatan Maulid Nabi itu ibadah mahdhah, mestinya tidak boleh berubah dan tidak boleh meng-ada-ada sehingga dalam konteks ini bisa disebut bid’ah. Padahal ekspreso peringatan Maulid Nabi sangat beragam, tidak tunggal. Kalau itu budaya, maka tradisi peringatan Maulid Nabi namanya persoalan mu’amalah atau persoalan budaya.
Persoalan budaya harus memperbanyak inovasi, jika ingin bertahan. Karenanya, cara berpikir ini memastikan bahwa tradisi peringatan Maulid Nabi itu bisa dikatakan Sunnah. Pasalnya, tradisi peringatan Maulid Nabi bagian dari hal baru yang dianjurkan sebab sesuai dengan spirit yang dikenal dalam hadith dengan sebutan sunnah hasanah. Maka jangan diberi bid’ah hasanah sesuai dengan hadith nabi: man sanna fil Islam sunnatan hasanatan kana lahu ajruha wa ajru man ‘amila biha bin badhihi (barang siapa yang mentradisikan sesuatu yang baik dalam Islam, maka ia akan mendapat pahala dan memperoleh pahala juga dari orang yang mengerjakan setelahnya). Oleh sebab itu, saya meyakini kebiasaan peringatan Maulid Nabi adalah budaya yang sangat dianjurkan sebab memiliki kemanfaatan, bisa menjadi sarana kebaikan, berdakwah, membaca sholawat, sarana memberikan makan kepada fakir miskin dan shodaqah, yang semuanya sangat dianjurkan dalam Islam.
Crew kanzun.net : bagaimana potret sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw. sebagai sebagai starting bagi lahirnya peradaban kemanusiaan?
Kiai Ghazali Said : Bahwa kelahiran Nabi Muhammad sebagai
mahluk yang paling mulia memberikan makna tersendiri sebagai pengingat uswatun
ahsanahnya, ketika kita memperingati Maulid Nabi. Bukan hanya karena
tradisi peringatan Maulid Nabi adalah tradisi panjang yang bersinggungan dalam
konteks sejarah perababan umat, baik Islam maupun kriten. Tapi memang kita
melihat bahwa peringatan Maulid Nabi layak menjadi medium menumbuhkan kebaikan
dengan terus membaca sholawat, sekaligus menumbuhkan rasa solidaritas kepada sesama.
Crew kanzun.net : bagaimana kita memaknai semangat peringatan Maulid Nabi dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara?
Kiai Ghazali Said :
Dalam konteks kebangsaan, peringatan Maulid Nabi Muhammad sangat
penting sebagai sarana perekat sesama anak bangsa. Kita bisa menyaksikan
bagaimana semua bisa berkumpul dalam satu forum, sambil melantunkan sholawat
Nabi, makan bersama sembari dalam tradisi kita biasanya juga adalah penceramah
yang memberikan wejangan keagamaan. Secara sosial kegiatan ini juga menumbuhkan
semangat interaksi positif untuk mengikis individulisme, apalagi diperkotaan di
mana kebanyakan orang sibuk menumpuk ekonomi sehingga sulit bersosial secara intens dengan tetangga terdekat.
Selebihnya, peringatan Maulid Nabi akan menggiring kita untuk
meneladani perjuangan Nabi Muhammad, khususnya bagaimana beliau mampu membangun
peradaban umat yang dibingkai dari ikatan kesatuan sosial lintas suku, etnis
dan agama sebagaimana dipraktikkan di Kota Madinah. Karenanya, marilah kita
jadikan peringatan Maulid Nabi sebagai momentum penyadaran agar kita menjadi
Muslim secara totalistik; baik interaksi kepada Allah sebagai hamba maupun
interaksi antar sesama dengan nilai kasih sayang sebagai dasar sebagai menjadi
dasar beliau dalam dakwahnya, wama arsalnaka illa rahmatan lil ‘alamin.
* Profile KH. Dr. Imam Ghazali Said, MA :
-
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa
An-Nur Surabaya
-
Wakil Rais Syuriyah PCNU Surabaya
-
Dosen Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel
Surabaya
-
Mantan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
Leave a Comment