MEMAKNAI HARI SANTRI DAN RESOLUSI JIHAD


(Wawancara Khusus dengan Prof.Dr.KH. Abd A'la, M.Ag*)

Crew kanzun.netApa makna Hari Santri Nasional sehingga kita sebagai Santri perlu menyemarakkannya setiap tanggal 22 Oktober ?

Kiai Abd A'la : Hari Santri Nasional memiliki makna yang sangat signifikan dan strategis bagi bangsa dan negara Indonesia. Keberadaan pesantren, santri, dan kiai dengan Islam kontekstualnya (yang nantinya disebut sebagai Islam Nusantara atau Islam Indonesia) merupakan salah satu tiang utama keberadaan Indonesia. NKRI berdiri tegak karena salah satunya Islam Nusantara yang dikembangkan pesantren mampu dijadikan sebagai pemersatu bagi anak bangsa untuk bersama-sama berjuang meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Santri bersama anak bangsa yang lain dari saat ke saat melakukan perjuangan untuk kemerdekaan dan mempertahankan Indonesia. Perlawanan Diponegoro sebelum kemerdekaan, dan fakta Resolusi Jihad merupakan secuil bukti tentang signifikansi santri dalam menghadirkan negara Indonesia yang sangat berkarakter; bukan negara agama, tapi juga bukan negara sekuler.

Crew kanzun.net : lantas kiai, apa hubungan Hari Santri Nasional dengan Resolusi Jihad serta bagaimana kita memahami pesannya bila dikaitkan dengan kondisi kekinian berbangsa dan bernegara?

Kiai Abd A'la : Resolusi Jihad menjadi sangat penting untuk ditarik ke dalam konteks kekinian. Resolusi Jihad menyiratkan pesan bahwa kaum santri dengan Islam moderatnya memiliki peran penting dalam membangun negara Indonesia; suatu negara yang tidak terjebak ke dalam simbol-simbol agama, tapi memiliki dasar-dasar agama, khususnya Islam yang sangat kuat.  Karena itu, umat Islam bersama unsur bangsa yang lain memiliki kewajiban untuk mempertahankannya dengan segala daya yang dimiliki. 

Crew kanzun.net : Bagaimana cara mensyukuri terhadap para  pejuang, khususnya dari kalangan kiai-santri yang berjuang mengorbankan harta dan nyawanya untuk NKRI?

Kiai Abd A'la : Kalau kita mau jujur, Indonesia dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia merupakan negara yang relatif stabil dan damai dibandingkan negara Muslim yang lain dibelahan dunia. Hal ini tentu perlu disyukuri dengan -meminjam konsep syukur dari imam al-Ghazali - cara kita, umat Islam, melibatkan diri dengan sepenuh hati dalam menjaga dan merawat Indonesia. Kita harus mempertahankan NKRI dengan Pancasila dan UUD 1945nya. Kita jangan terjebak pada politik identitas dan sejenisnya sebab akan berpotensi pada tercerabiknya akar kebudayaan bangsa yang dibalut dalam bingkai bhinneka tunggal ika.

Crew kanzun.net : Apa yang kita lakukan sebagai Muslim dan Santri ke depan agar kita terus mencintai dan konsisten untuk berkontribusi seluas-luasnya bagi bangsa sebagai warisan para pendahulu kita?

Kiai Abd A'la : Sebagai muslim yang santri, kita perlu terus mengembangan Islam Nusantara dan sejenisnya. Bagi yang di luar Islam, mereka niscaya mengembangkan keberagamaan moderat. Melalui keberagamaan yang moderat, kita dapat bersatu mengawal Indonesia. Dengan moderasi beragama kita akan terjauhkan sikap merasa benar sendiri, dan yang lain dianggap salah. sungguh momentum hari santri harus menjadi landasan bagi kita agar makin kuat; kuat merawat keberagamaan dan kebangsaan dalam bingkai kebhinnekaan.
........

* Profile Prof. Dr.KH. Abd A'la, M.Ag
  - Wakil Ketua PWNU Jawa Timur
  - Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Latee Sumenep
  - Mantan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya
  - Guru Besar Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.